Senin, 08 Mei 2017

NPWP

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.


FAQ NPWP, SPT dan Pembukuan

1. Bolehkah Wajib Pajak mengisi SPT dengan menggunakan mata uang selain rupiah?
  • Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
2. Bagaimanakah cara menandatangani SPT?
  • Penandatanganan SPT dapat dilakukan
    • secara biasa,
    • dengan tanda tangan stempel,
    • atau tanda tangan elektronik atau digital,
  • yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama, yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
3. Siapakah yang wajib menandatangani SPT untuk Wajib Pajak Badan?
  • Surat Pemberitahuan Wajib Pajak badan harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi.
4. Dapatkah Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa untuk mengisi dan menandatangani SPT-nya?
  • Wajib Pajak dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan.
5. Apa yang wajib dilampirkan pada SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan?
  • Laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak.
  • Laporan Keuangan tersebut adalah laporan keuangan dari masing-masing Wajib Pajak.
  • Dalam hal laporan keuangan sebagaimana tersebut diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan pada Surat Pemberitahuan, Surat Pemberitahuan dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan.
6. Dimanakah Formulir SPT dapat diperoleh oleh Wajib Pajak?
  • Wajib Pajak mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
7. Dimanakah tempat menyampaikan SPT?
  • Wajib Pajak menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Misal melalui Paojok Pajak atau Mobil Pajak.
8. Kapan batas waktu penyampaian SPT?
  • untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;
  • untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau
  • untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
9. Apakah sanksinya jika wajib pajak terlambat menyampaikan SPT?
  • Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar:
    • Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai,
    • Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya,
    • dan sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan
    • serta sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.
10. Dalam hal apakah denda terhadap Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT tidak dikenakan?
  • Pengenaan sanksi administrasi berupa denda tidak dilakukan terhadap:
  • Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;
  • Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas;
  • Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing yang tidak tinggal lagi di Indonesia;
  • Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
  • Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
  • Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
  • Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan; atau
  • Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
11. Bolehkah Wajib Pajak memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT?
  • Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
12. Apa yang akan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, jika Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT sesuai batas waktu?
  • Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai batas waktu atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan, dapat diterbitkan Surat Teguran.
13. Dalam hal apa SPT dianggap tidak disampaikan oleh Wajib Pajak?
Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila:
a. Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
b. Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (6);
c. Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis; atau
d. Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak.

14. Siapakah yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT?
a. Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Undang-Undang Perubahan Ketiga Pajak Penghasilan 1984, dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 dan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas, dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25.

15. Dokumen apakah yang merupakan bukti bahwa Wajib Pajak telah menyampaikan SPT?
a. Bukti penerimaan, untuk Surat Pemberitahuan yang disampaikan langsung oleh Wajib Pajak ke kantor Direktorat Jenderal Pajak.
b. Tanda bukti pengiriman surat, Penyampaian Surat Pemberitahuan dapat dikirimkan melalui pos.

16. Dapatkah Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT atas SPT yang telah disampaikannya?
Dapat. Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

17. Apakah terdapat sanksi yang akan dikenakan terhadap Wajib Pajak yang melakukan pembetulan SPT?
Ada.
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

18. Bolehkah Wajib Pajak melakukan pembetulan SPT, walaupun Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan?
Tidak boleh, tetapi Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil,
dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak.

19. Apakah terdapat sanksi yang akan dikenakan terhadap Wajib Pajak yang dengan kesadaran sendiri mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan?
Ada. Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri dimaksud disampaikan.

20. Kapan paling lama Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan SPT dalam hal pembetulan SPT tersebut menyatakan lebih rugi atau lebih bayar?
Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.

21. Kapan paling lama Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan SPT dalam hal Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang akan dibetulkan tersebut?
Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang akan dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Surat Pemberitahuan ada dua macam
  • SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak, dan
    • SPT Masa PPh Pasal 21/26
    • SPT Masa PPh Pasal 23/26
    • SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2)
    •  SPT Masa PPh Pasal 22
    • SPT Masa PPh Pasal 15
    • SPT Masa PPN dan PPnBM (khusus untuk Pengusaha Kena Pajak)
    • SPT Masa Pemungut PPN (khusus untuk pemungut PPN)
  • SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
    •  SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan, terdiri dari 2 jenis Formulir
      • Formulir 1771
      • Formulir 1771$
    • SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Pribadi, terdiri dari 3 jenis Formulir
      • Formulir 1770
      • Formulir 1770 S
      • Formulir 1770 SS
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatanganinya.

Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat mebetulkan Surat Pemberitahuan apabila SPT yang dilaporkannya salah. 
  1. Sebelum Direktur Jenderal Pajak melakukan tindakan pemeriksaan.
  2. Dalam hal pembetulan SPT menyatakan rugi atau lebih bayar, disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan. 

Pembukuan

Apakah yang dimaksud pembukuan ?

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

Siapakah yang wajib menyelenggarakan pembukuan ?
  • WP Badan
  • WP OP yg melakukan kegiatan usaha/ pekerjaan bebas yang peredaran brutonya >/ = 4,8 miliar/ tahun
Yang tidak wajib melakukan pembukuan
  • WP OP yang tidak melakukan pekerjaan bebas/ kegiatan usaha. Contoh : pegawai.
  • WP OP yang melakukan kegiatan usaha/ pekerjaan bebas yang peredaran brutonya < 4,8 miliar /tahun. 
WP yang tidak wajib melakukan pembukuan harus menyelenggarakan pencatatan secara teratur. 

Syarat-syarat pembukuan
  • Memperhatikan itikad baik
  • Mencerminkan keadaan/ kegiatan usaha yg sebenarnya
  • Menggunakan : Huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, disusun dalam bahasa Indonesia.
  • Taat asas
  • Stelses akrual/ stelsel kas
  • Sekurang- kurangnya terdiri dari :  - harta/ kewajiban/ modal, - penghasilan & biaya, - penjualan & pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak terutang.
WP yg boleh menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing & satuan mata uang selain Rupiah
  • Untuk WP tertentu diperbolehkan atas ijin Menteri Keuangan
  • Bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris
  • Satuan mata uangnya adalah US$.
Pencatatan/ pembukuan WP disimpan selama 10 tahun.  Disimpan di Indonesia, yaitu ditempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.

NPWP

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan...